Erinia: hidup itu
menggali hartakarun
Keringat yang menetes tak menghalangi terkembangnya
sebuah senyum di bibirnya saat kami bertemu. Raut wajahnya sedikit lelah, namun
ia toh tak menggubrisnya. Dari serambi Musala di yayasan social matahari, Erinia bercerita tentang
idealismenya dalam mencari
harata karun yang sesungguhanya.
Anak 20 tahun ini Kini ia tercatat sebagai staff relawann pengajar diyayasan matahari .ia tinggal
JL.RAJAWALI BLOK C2 NO 10 GPA BALEENDAH anak yang lahir pada 21 Juli 1992 ini
pernah bersekolah di salah satu cabang pesantren gontor yang ada di
Bandug.selain ia mengajar ia mempunya rumah makan padang kepemilikan orang
tuanya .
Ia mempunyai cita – cita untuk berkulaih di sebuah universitas
di Yogyakarta taetapi nasib belum mencatatkannya untuk ia berkuliah disana
karena bnyak beberapa factor yang membeanidia salah satunya factor financial
yang ayahnya hanya pemilik rumah makan padang, tetapi nasib mencatatkan namanya
untuk menjadi pemegang amanah suci untuk
menjadi staff suka relawan mengajar bagai anak – anak yang kurang mampu.
Mengapa ia bgitu senang terhadap kegiatannnya saat ini? Mengapa
tidak kerja apa bila kuliah masih banyak kuliah yang murah?
“Mengikuti kata
hati. Saat itu bukan lagi pertimbangan-pertimbangan ribet nan memusingkan, tetapi sudah dalam tataran jiwa. tetapi
memang ‘keinginan’ ada di kuliah. Jadi, itulah pilihannya,” jawab pria yang
akrab dipanggil erin ini, tetapi saya sangat senag dan
ikhlas mengajar tempat saya mengajar ini apabila kita lihat dari segi
ekonomiemang jauh berbeda dengan bekerja tetapi saya hannya mencarai harta
karun yang akan memperkaya diri saya saat di akhirat kelak.
Tiga bulan pertama saya saat lulus sekolah menengah atas
saya masih labil apa sih yang saya inginkan di muka bumi ini, walau pun banyak
hala hal yang mengiurkan terlebih dari sisi negative tetapi atas ketaatan saya
pada allah saya turut iba terhadap orang orang sekeliling yang ada di sekitar
yang tidak mampu untuk bersekolah.
Awalnya ini memang menjadi sebuah cobaan yang sangat
pedihsaat saya blm bbisa melanjutkan ke kuliah seperti teman teman sebaya
say,tetapi saat saya mendengar sebuah nasihat dari orang tua bahwa janganlah
kamu selalu melihat ketas coba sesekali kamu melihat yang lebih bawah dari kita
. saat itu lah saya termotivasi untuk lebih giat untuk mencari harta karu n
yang akan saya terima nanti di akhirat.
Memang sih factor keadaan terutama ekonomi selalu tersendat tetapi itu
adalah rahasia ang maha esa ,hingga saat ini saya selalu saj rejeki dating dari
mana itulah keagungan allah yang maha esa, jadi saya mempunyai sebuah masukan
buat teman teman yang memiliki nasib seperti saya ialah,
yakin sama kekuatan dahsyat kita sendiri dan percaya bahwa hasilnya
nanti adalah yang terbaik buat kita. Nothing
to lose, istilahnya.”
“Ketika masih dalam usia anak dan remaja, jangan pernah berpikir bahwa
bekerja lebih baik ketimbang belajar (sekolah). Belajar itu wajib, musti, kudu. Darimana pun jalannnya.
0 komentar:
Posting Komentar